Chaer (2006:86) membagi kelas kata menjadi
beberapa jenis, yaitu
(1)
Kata Benda
Kata benda adalah semua
kata yang dapat diterangkan dengan menambahkan yang + kata sifat (Keraf, 1991:58). Misalnya jalan yang bagus, dan
pelayanan yang memuaskan. Selain itu,
kata benda juga dapat diawali dengan kata bukan
tetapi tidak bisa diawali dengan kata tidak.
Kata benda dapat berupa
kata benda dasar dan kata benda turunan. Kata benda dasar merupakan kata benda
yang berupa kata dasar atau kata benda yang tidak berimbuhan, contohnya rumah dan murid. Sedangkan kata benda turunan berupa (1) kata benda yang
berimbuhan, contohnya penyiar dan bendungan; (2) kata benda dengan bentuk reduplikasi, misalnya rumah-rumah, dan buku-buku; serta (3) kata benda majemuk, contohnya sapu tangan dan minyak goreng.
(2)
Kata Ganti
Kata
ganti adalah kata yang dipakai untuk menggantikan kata benda yang menyatakan
orang untuk menghindari pengulangan yang tidak perlu. Misalnya murid dapat diganti dengan kata ganti dia, atau ia. Keterangan lebih lanjut tentang kata ganti dapat dilihat pada
tabel 2.1 di bawah ini.
Tabel 2.1 Kata Ganti
Orang
|
Tunggal
|
Jamak
|
I
II
III
|
Aku, daku, ku-, -ku,
Engkau, kamu, kau-,
-mu, anda
Ia, dia, -nya, beliau
|
Kami (eksklusif), kita
(inklusif)
Kamu sekalian, anda
sekalian
Mereka
|
Sumber: Keraf (1991:62)
Berdasarkan
bagan di atas, kami dan kita sama-sama berfungsi sebagai kata
ganti orang pertama jamak. Bedanya, kami bersifat
eksklusif, sedangkan kita bersifat
inklusif. Kami bersifat ekslusif
artinya pronomina itu mencakup pembicara dan orang lain di pihaknya tetapi
tidak mencakup orang lain di pihak pendengar. Sebaliknya, kita bersifat inklusif artinya pronomina itu tidak saja mencakup
pembicara dan orang lain di pihaknya tetapi juga orang lain di pihak pendengar
(Alwi, 2003:252)
(3)
Kata Kerja
Kata
kerja adalah kata-kata yang menyatakan perbuatan atau tindakan. Semua kata yang
mengandung imbuhan me-, ber-, di-, kan-, dan -i atau penggabungannya termasuk dalam
kata kerja. Tetapi ada juga kata kerja yang tidak mengandung bentuk imbuhan di
atas, karena merupakan bentuk kata dasar, misalnya tidur, bangun, mandi, datang, pulang, dan sebagainya.
Segala macam kata kerja
mempunyai suatu kesamaan, baik yang memiliki imbuhan ataupun tidak. Kesamaan
tersebut merupakan ciri utama kata kerja, yaitu dapat diperluas dengan “dengan
+ kata sifat”, misalnya belajar dengan
rajin.
(4)
Kata Sifat
Kata sifat merupakan kata
yang menyatakan sifat atau keadaan dari suatu nomina (kata benda) atau suatu pronominal
(kata ganti) (Keraf, 1991:88). Misalnya tinggi,
mahal, baik, dan rajin. Semua
kata sifat dalam Bahasa Indonesia dapat mengambil bentuk se + reduplikasi kata dasar +
nya, serta dapat diperluas dengan paling, lebih, dan sekali, misalnya paling cepat,
lebih cepat, dan cepat sekali.
(5)
Kata Sapaan
Kata sapaan adalah
kata-kata yang digunakan untuk menyapa, menegur, atau menyebut orang kedua,
atau orang yang diajak bicara (Chaer, 2006:107). Kata sapaan menggunakan
kata-kata dari perbendaharaan kata nama diri dan kata nama perkerabatan.
Kata sapaan dalam bentuk
nama diri dapat digunakan dalam bentuk utuh seperti Tina, Hasan, dan Asti,
dapat pula digunakan dalam bentuk singkatnya, seperti Tin, San, dan As. Begitu
juga dengan nama perkerabatan. Bentuk utuh dan bentuk singkat dari nama
perkerabatan dapat dipakai, misalnya Pak dari
bentuk utuh Bapak, Dik dari bentuk
utuh adik, dan Bu dari bentuk utuh Ibu.
(6)
Kata Penunjuk
Kata penunjuk adalah kata
yang digunakan untuk menunjukkan suatu benda. Chaer (2006:110) membagi kata
penunjuk memjadi dua yaitu ini dan itu. Kata penunjuk ini digunakan untuk menunjuk suatu benda yang letaknya relatif
dekat dari pembicara, sedangkan kata penunjuk itu digunakan untuk untuk menunjuk benda yang letaknya relatif jauh
dari pembicara.
(7)
Kata Bilangan
Kata bilangan adalah kata
yang menunjukkan nomor, urutan atau himpunan. Menurut bentuk dan fungsinya,
kata bilangan dibagi menjadi kata bilangan utama dan kata bilangan tingkat
(Chaer, 2006:113). Kata bilangan utama seperti satu, dua, tiga, empat, dan seterusnya. Sedangkan kata bilangan
tingkat seperti pertama, kedua, ketiga,
keempat, dan seterusnya.
(8)
Kata Penyangkal
Kata penyangkal merupakan
kata yang digunakan untuk menyangkal atau mengingkari suatu hal atau suatu
peristiwa. Chaer (2006:119) menyatakan bahwa kata penyangkal yang ada dalam
Bahasa Indonesia yaitu kata tidak atau
tak, tiada, bukan, dan tanpa.
(9)
Kata Depan
Kata depan adalah kata yang
digunakan di depan kata benda untuk merangkai
kata benda tersebut dengan bagian kalimat lain. Chaer (2006:122) membagi kata
depat berdasarkan fungsinya, yaitu kata depan yang menyatakan (1) tempat
berada, yaitu di, pada, dalam, atas, dan
antara; (2) arah asal, yaitu dari; (3) arah tujuan, yaitu ke, kepada, akan, dan terhadap; (4) pelaku, yaitu oleh; (5) alat, yaitu dengan, dan berkat; (6) perbandingan, yaitu daripada;
(7) hal atau masalah, yaitu tentang dan
mengenai; (8) akibat, yaitu hingga dan sampai; (9) tujuan, yaitu untuk,
buat, guna, dan bagi.
(10) Kata
Penghubung
Kata penghubung merupakan
kata yang berfungsi untuk menghubungkan kata dengan kata, klausa dengan klausa,
atau kalimat dengan kalimat. Berdasarkan fungsinya, kata penghubung dibedakan menjadi
dua macam yaitu (1) kata penghubung yang menghubungkan kata, klausa, atau
kalimat yang kedudukannya sederajat atau setara; dan (2) kata penghubung yang
menghubungkan klausa dengan klausa yang kedudukannya bertingkat.
Kata
penghubung yang menghubungkan kata, klausa, atau kalimat yang kedudukannya
sederajat atau setara dibedakan menjadi kata penghubung yang (1) menggabungkan
biasa, yaitu dan, dengan, serta; (2)
menggabungkan memilih, yaitu atau;
(3) menggabungkan mempertentangkan, yaitu tetapi,
namun, sedangkan, dan sebaliknya;
(4) menggabungkan membetulkan, yaitu kata penghubung melainkan dan hanya; (5)
menggabungkan menegaskan, yaitu bahkan,
malah (malahan), lagipula, apalagi, dan jangankan;
(6) menggabungkan membatasi, yaitu kecuali,
hanya; (7) menggabungkan mengurutkan, yaitu lalu, kemudian, selanjutnya;
(8) menggabungkan menyamakan, yaitu yakni,
yaitu, bahwa, adalah, ialah; dan (9) menggabungkan menyimpulkan, yaitu jadi, karena itu, oleh sebab itu.
Kata penghubung yang menghubungkan klausa
dengan klausa yang kedudukannya bertingkat dibagi menjadi kata penghubung yang
menggabungkan (1) menyatakan sebab, yaitu sebab,
karena; (2) menyatakan syarat, yaitu kalau,
jikalau, jika, bila, apabila, asal; (3) menyatakan tujuan, yaitu agar, supaya; (4) menyuatakan waktu,
yaitu ketika, sewaktu, sebelum, sesudah,
tatkala; (5) menyatakan akibat
sampai, hingga, sehingga; (6) menyatakan sasaran, yaitu untuk, guna; (7) menyatakan
perbandingan, yaitu seperti, sebagai, laksana;
(8) menyatakan tempat, yaitu kata penghubung tempat.
(11) Kata
Keterangan
Kata keterangan merupakan
kata yang memberi penjelasan pada kalimat atau bagian kalimat lain. Kata
keterangan dibagi menjadi dua, yaitu kata keterangan yang menyatakan seluruh
kalimat, dan kata keterangan yang menyatakan unsur kalimat (Chaer,
2006:162-163).
Kata keterangan yang
menerangkan keseluruhan kalimat mempunyai empat fungsi. Fungsi-fungsi tersebut
antara lain (1) kepastian, yaitu memang,
pasti, tentu; (2) keraguan atau kesangsian, yaitu barangkali, mungkin, kiranya, rasanya, agaknya, rupanya; (3)
harapan, yaitu semoga, moga-moga,
mudah-mudahan, hendaknya; dan (4)
frekuensi, yaitu seringkali, sesekali,
sekali-kali, acapkali, jarang.
Kata keterangan yang
menerangkan unsur kalimat berfungsi untuk menyatakan (1) waktu, yaitu sudah, telah, sedang, lagi, tengah, akan,
belum, masih, baru, pernah, sempat; (2) sikap batin, yaitu ingin, mau, hendak, suka, segan; (3)
perkenan, yaitu boleh, wajib, mesti, harus, jangan, dilarang; (4) frekuensi,
yaitu jarang, sering, sekali, dua kali;
(5) kualitas, yaitu sangat, amat, sekali,
lebih paling, kurang, cukup; (6) kuantitas dan jumlah, yaitu banyak, sedikit, kurang, cukup, semua,
beberapa, seluruh, sejumlah, sebagian, separuh, kira-kira, sekitar, kurang
lebih, para, kaum; (7) penyangkalan, yaitu tidak, tak, tiada, bukan; dan (8) pembatasan, yaitu hanya, cuma.
(12) Kata
Tanya
Kata tanya merupakan kata
yang digunakan sebagai pembantu dalam kalimat tanya, yang menanyakan tentang
benda, orang, atau keadaan. Keraf (1992:68) menyatakan bahwa kata tanya asli
dalam Bahasa Indonesia adalah (1) apa,
untuk menanyakan benda; (2) siapa, untuk
menyakan orang, dan (3) mana untuk
menanyakan pilihan.
Ketiga kata tanya tersebut
dapat dgabungkan dengan bermacam-macam kata depan, seperti dengan apa, dengan siapa, dari mana, untuk apa, untuk siapa, ke mana,
buat apa, buat siapa, kepada siapa, dari apa, dan dari siapa. Adapula kata tanya lain yang bukan menanyakan orang
atau benda, melainkan menanyakan keadaan atau perihal, seperti mengapa, bilamana, berapa, kenapa, dan bagaimana.
(13) Kata
Seru
Kata seru merupakan kata
yang digunakan untuk mengungkapkan perasaan. Ada dua macam kata seru bila
dilihat dari strukturnya yaitu kata seru yang berupa kata-kata singkat dan kata
seru yang berupa kata-kata biasa (Chaer, 2006:193). Kata seru yang berupa
kata-kata singkat misalnya wah, cih, hai,
o, oh, nah, ha, dan hah. Sedangkan
kata seru yang berupa kata-kata biasa seperti aduh, celaka, gila, kasihan, dan ya ampun, serta kata serapan astaga,
masya Allah, Alhamdulillah, dan sebagainya.
(14) Kata
Sandang
Chaer (2006:193) menyatakan
bahwa kata sandang yang ada dalam Bahasa Indonesia adalah si, dan sang. Kata
sandang si digunakan di depan kata nama
diri, kata nama perkerabatan, dan kata sifat, contohnya si Hasan, si adik, dan si
gendut. Sedangkan kata sandang sang berfungsi
untuk mengagungkan dan digunakan di depan nama tokoh pahlawan, nama tokoh
cerita, atau nama sesuatu yang dihormati, misalnya Sang Mahaputra, Sang kancil, Sang merah putih.
(15) Partikel
Penegas
Partikel
penegas merupakan morfem yang digunakan untuk menegaskan (Chaer, 2006:194).
Partikel penegas dalam Bahasa Indonesia adalah -kah, -tah, -lah, -pun, dan -ter.