Santosa,
dkk (2008:4.15) menyatakan bahwa kata menurut bentuknya dikelompokkan menjadi
kata jadian atau kata turunan serta kata dasar. Kata jadian terbagi lagi
menjadi kata berimbuhan, kata ulang dan kata majemuk. Sedangkan kata berimbuhan
meliputi kata berawalan (prefiks), kata bersisipan (infiks), kata berakhiran
(sufiks), dan kata yang berkonfiks.
Senada
dengan Santosa, Keraf (1991:44) juga mengelompokkan kata berdasarkan bentuknya
menjadi kata dasar, kata berimbuhan, kata ulang, dan kata majemuk. Sedangkan
kata berimbuhan terdiri atas kata yang berprefiks (berawalan), kata yang
berinfiks (bersisipan), kata yang bersufiks (berakhiran), dan kata yang
berkonfiks.
2.2.3.1.1
Kata Berimbuhan (Afiks)
Seringkali
sebuah kata dasar perlu diberi afiks atau imbuhan terlebih dahulu agar dapat
digunakan. Afiks atau imbuhan adalah semacam morfem nondasar yang secara
struktural dilekatkan pada kata dasar atau bentuk dasar untuk membentuk
kata-kata baru (Keraf, 1991:121). Dengan kata lain, afiks atau imbuhan melekat
pada kata dasar. Afiks atau imbuhan yang melekat pada kata dasar ini akan
membentuk kata baru sehingga makna dan fungsinya menjadi berbeda dengan kata
dasarnya.
Afiks
juga dibagi berdasarkan tempat unsur itu dilekatkan pada kata dasar. Dalam hal
ini, Keraf (1991:121) membaginya menjadi prefiks (awalan), infiks (sisipan),
sufiks (akhiran), konfiks, bentuk ulang (reduplikasi).
(1)
Kata Berprefiks (berawalan)
Kata
yang telah mendapatkan bentuk awalan disebut kata berprefiks. Prefiks (awalan)
adalah sebuah morfem nondasar yang
secara struktural dilekatkan pada awal sebuah kata dasar atau bentuk dasar
(Keraf, 1991:122). Dengan kata lain, prefiks adalah imbuhan yang letaknya di
awal kata. Bahkan dalam sebuah kata bisa dilekatkan dua prefiks sekaligus,
misalnya mem-per-satukan, dan di-per-hatikan.
Bentuk
prefiks (awalan) yang ada dalam Bahasa Indonesia yaitu prefiks ber-, per-, me-, di-, ter-, ke- se- dan
pe-, serta prefiks baru. Prefiks baru merupakan prefiks yang
dipengaruhi oleh unsur-unsur bahasa asing, seperti prefiks a dan tak, ante dan purba, prae dan pra, anti
dan prati, auto dan swa, inter dan antar, re dan ulang, bi dan dwi, pasca dan anu, serba, maha, serta prefiks tuna. Contoh kata berprefiks antara lain berlari, percepat, memakan, dilihat, terbawa, kekasih, sebotol,
pemalas, dan sebagainya.
(2)
Kata Berinfiks (bersisipan)
Kata
berinfiks merupakan yang kata mendapatkan bentuk sisipan. Infiks atau sisipan
adalah morfem nondasar yang dilekatkan di tengah sebuah kata, yaitu antara
konsonan yang mengawali sebuah kata dengan vokal berikutnya (Keraf, 1991:136).
Ada tiga macam infiks dalam Bahasa Indonesia yaitu infiks -el, -em, dan -er.
Infiks
(sisipan) -el, -em, dan -er tidak mempunyai variasi bentuk dan
bukan merupakan imbuhan yang produktif, maksudnya tidak digunakan lagi untuk
membentuk kata-kata baru dan hanya berlangsung hanya pada kata-kata tertentu
saja. Pengimbuhannya dilakukan dengan cara menyisipkan di antara konsonan dan
vokal suku pertama pada sebuah kata dasar. Contoh kata berinfiks antara lain telapak yang berasal dari kata dasar tapak, gerigi berasal dari kata dasar gigi, dan temali berasal dari kata dasar tali.
(3)
Kata Bersufiks (berakhiran)
Kata bersufiks adalah kata
yang mendapatkan bentuk akhiran. Sufiks atau akhiran merupakan morfem nondasar
yang dilekatkan pada akhir sebuah kata dasar. Sufiks yang ada dalam Bahasa
Indonesia adalah -kan, -i, -an, dan -nya serta beberapa sufiks serapan
seperti -man, -wan, -wati, -wi, -al, dan
-if.
Sufiks atau akhiran -kan, -i, -an dan -nya tidak mempunyai variasi bentuk, sehingga untuk situasi dan
kondisi manapun bentuknya sama. Ada dua macam -nya dalam Bahasa Indonesia yang perlu diperhatikan, yaitu -nya sebagai kata ganti orang ketiga
tunggal yang berlaku obyek atau pemilik dan -nya sebagai akhiran. Contoh kata yang bersufiks antara lain gunakan, surati, tulisan, obatnya, dan
sebagainya.
(4)
Kata Berkonfiks
Konfiks
merupakan gabungan prefiks dan sufiks yang membentuk suatu kesatuan (Alwi,
2003:32). Dengan demikian, kata yang mendapatkan bentuk prefiks (awalan) dan
sufiks (akhiran) disebut dengan kata yang berkonfiks. Konfiks dalam Bahasa
Indonesia terdiri dari ber-kan, ber-an,
per-kan, per-i, me-kan, me-i, memper-, memper-kan, memper-i, di-kan, di-i,
diper-, diper-kan, diper-i, ter-kan, ter-i, ke-an, se-nya, pe-an, dan per-an. Contoh kata yang berkonfiks
antara lain bersenjatakan, berdatangan,
percetakan, perbaiki, membacakan, dan sebagainya.
Konfiks
bersifat morfem terbelah (Keraf, 1991:144). Artinya, prefiks (awalan) dan
sufiks (akhiran) dilekatkan sekaligus pada awal dan akhir kata dasar. Sifat
inilah yang membedakan konfiks dengan imbuhan gabung. Dalam konfiks, prefiks
dan sufiks dilekatkan pada kata dasar secara bersamaan. Sedangkan pada imbuhan
gabung, prefiks dan sufiks dilekatkan secara bertahap.
Kata
kehujanan misalnya, dibentuk dari
kata dasar hujan dan konfiks ke-an yang diimbuhkan secara serentak.
Lain halnya dengan kata berpakaian. Kata
berpakaian dibentuk dengan
menambahkan sufiks -an pada kata
dasar pakai sehingga terbentuk kata pakaian. Sesudah itu barulah diimbuhkan
prefiks ber-. Jadi, ke-an pada kata kehujanan adalah konfiks, sedangkan ber-an pada kata berpakaian merupakan
imbuhan gabung.
2.2.3.1.2
Kata Ulang (Reduplikasi)
Reduplikasi disebut juga
bentuk ulang atau kata ulang. Keraf (1991:149) mendefinisikan bentuk ulang
sebagai sebuah bentuk gramatikal yang berwujud penggandaan sebagian atau
seluruh bentuk dasar sebuah kata. Dalam Bahasa Indonesia terdapat
bermacam-macam bentuk ulang. Pengulangan dapat dilakukan terhadap kata dasar,
kata berimbuhan, maupun kata gabung.
Kata
yang terbentuk dari hasil proses pengulangan dikenal dengan nama kata ulang.
Chaer (2006:286) membagi kata ulang berdasarkan hasil pengulangannya, yaitu
(1)
Kata ulang utuh atau murni
Kata
ulang utuh atau murni merupakan kata ulang yang bagian perulangannya sama
dengan kata dasar yang diulangnya. Dengan kata lain, kata ulang utuh atau murni
terjadi apabila sebuah bentuk dasar mengalami pengulangan seutuhnya. Misalnya
pada kata rumah-rumah, pohon-pohon,
pencuri-pencuri dan anak-anak.
(2)
Kata ulang berubah bunyi
Kata
ulang berubah bunyi merupakan kata ulang yang bagian perulangannya mengalami
perubahan bunyi, baik itu perubahan bunyi vokal maupun bunyi konsonan. Kata
ulang jenis ini terjadi apabila ada pengulangan pada seluruh bentuk dasar,
namun terjadi perubahan bunyi. Kata ulang berubah bunyi yang mengalami
perubahan bunyi vokal misalnya pada kata bolak-balik,
gerak-gerik, dan kelap-kelip. Sedangkan
kata ulang berubah bunyi yang mengalami perubahan bunyi konsonan misalnya pada
kata sayur-mayur, lauk-pauk, gerak gerik,
kelap kelip dan ramah tamah.
(3)
Kata ulang sebagian
Kata
ulang sebagian merupakan pengulangan yang dilakukan atas suku kata pertama dari
sebuah kata. Dalam pengulangan jenis ini, vokal suku kata pertama diganti
dengan vokal e pepet. Kata-kata yang mengalami pengulangan sebagian antara lain
lelaki, leluhur, pepohonan dan tetangga.
(4)
Kata ulang berimbuhan
Kata
ulang berimbuhan merupakan bentuk pengulangan yang disertai dengan pemberian
imbuhan. Chaer (2006:287) membagi kata ulang berimbuhan berdasarkan proses
pembentukannya menjadi tiga, yaitu (1) sebuah kata dasar mula-mula diberi
imbuhan kemudian baru diulang, umpamanya kata aturan-aturan; (2) Sebuah kata dasar mula-mula diulang kemudian
baru diberi imbuhan, misalnya kata lari yang
mula-mula diulang sehingga menjadi lari-lari
kemudian diberi awalan ber- sehingga
menjadi berlari-lari; (3) sebuah kata
diulang sekaligus diberi imbuhan, umpamanya kata meter yang sekaligus diulang dan diberi awalan ber- sehingga menjadi bentuk bermeter-meter.
2.2.3.1.3
Kata Majemuk (Kompositum)
Kata
majemuk atau kompositum adalah gabungan dari dua kata atau lebih yang membentuk
satu kesatuan arti (Keraf, 1991:154). Masing-masing kata yang membentuk kata
majemuk sebenarnya mempunyai makna sendiri-sendiri. Tetapi setelah kata
tersebut bersatu, maka akan terbentuk kata baru yang maknanya berbeda dengan
kata sebelumnya. Misalnya pada kata orang
tua, saputangan, dan matahari.
2.2.3.1.4
Kata Dasar
Kata
dasar adalah kata yang merupakan dasar pembentukan kata turunan atau kata
berimbuhan. Kata dasar biasanya terdiri atas morfem dasar, misalnya pada kata kebun, anak, bawa, merah, pada, dari, dan
sebagainya. Bentuk kata ini dapat diturunkan menjadi kata jadian atau kata
turunan yang berupa kata berimbuhan, kata ulang, dan kata majemuk.
Kata
dasar berbeda dengan bentuk dasar. Bentuk dasar adalah bentuk yang dijadikan
landasan untuk tahap pembentukan kata berikutnya (Keraf, 1991:121). Misalnya
kata mempelajari. Pada awalnya kata
dasar pelajar yang sekaligus menjadi
bentuk dasar, diberi sufiks -i sehingga
menurunkan bentuk pelajari. Selanjutnya,
bentuk dasar pelajari (bukan kata
dasar lagi) diimbuhkan prefiks mem- sehingga
terbentuk kata mempelajari.
{ 1 comments... read them below or add one }
terkadang hal mudah seperti ini terlupakan oleh rang kita sdnri. keep sharing sy tunggu komen backnya
Post a Comment